Hidup
ini memang bermain dadu. Kita bisa memperkirakan apa yang kan terjadi,
tapi kita tak pernah benar-benar bisa memastikannya. sesaat kita mungkin
merasa telah menemukan apa yg kita cari, namun itu ternyata hanya
sebuah ilusi yg kita bangun sendiri demi berdamai dengan diri sendiri.
Sesaat kita merasa takdir telah menuntun kita pada arah tuju yg
seharusnya dilakoni, namun ternyata itu hanyalah hasrat yang bertopeng
bisikan hati. akhirnya kita menjadi korban dari ilusi itu sendiri.
Terjebak dalam bujuk rayu fatamorgana kehidupan. Terjebak dalam
pusaran-pusaran sesal yang menyesakkan dada hingga mampu membawa kita
pada kematian hati.
Sesaat lalu aq terasa menemukan apa yg kucari hingga aq mengorbankan
entitas yg lain yg mencoba merapat. Aku membangun ilusi itu. ilusi
tentang keabadian, kesucian dan keindahan cinta. Dan aq memang terjebak
dalam pusarannya dan kini mencoba dengan susah payah merengsek menjauh
meninggalkannya.
Apa yg salah dengan semua prilaku ku ini? protes hati kecilku. Aq mencoba
menyelami kembali masa lalu demi mencari jawab, dan tak kutemukan
sesuatu yang salah, kecuali, mungkin, waktu yang tak tepat. lalu apakah
tetap harus disesali dan apakah kita harus memutar waktu untuk
memperbaiki segalanya??
Orang bijak mengajarkan, tak ada ruang untuk menyesal jika tetap ingin
merengsek maju pada asa dan cita masa depan. Aq merasa shock sejenak.
Mencoba untuk tak berbuat apa-apa, selain menuntaskan sesal yg masih
tersisa.
Hidup memang seperti bermain dadu. Apapun bisa terjadi, apakah kita
menjadi pemenang atau pecundang. Tapi aku tak ingin menjadi dua-duanya.
Aq hanya ingin memiliki kembali hidupku yang sejenak kutinggalkan.
Mungkin ini memang hanya sebuah intermezo untuk mengingatkan kodratq
sebagai manusia biasa, yg bisa mencintai dan juga terluka. Allah sedang
mencintaiku dengan cara-Nya yang belum mampu kupahami.
Allah sedang mencintaiku dengan cara-Nya yang belum mampu kupahami.....:)
08.59 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar